KKNM DESA HARIANG, KAB. SUMEDANG, JAWA BARAT

Di sela waktu bernafas menyusun skripsi, ku pandangi tembok kamarku yang penuh poster dan foto. Lihat melihat mataku tertuju pada satu foto. Foto itu adalah foto anak-anak KKNM 2012. Sialnya, musik yang terputar sangat mengundang pikiran mengulang memory. Maka tergeraklah hati untuk menulis, sementara skripsi dipinggirkan sejenak. KKNM Desa Hariang, 2012.





Hari itu, awal Januari 2012, gue bersama kawan-kawan se-UNPAD raya melaksanakan kegiatan KKNM. KKNM singkatan dari Kuliah Kerja Nyata Mahasiswa. Program ini dibuat untuk memfasilitasi mahasiswa mewujudkan *Tri Dharma Perguruan Tinggi, yang salah satu isinya: pengabdian kepada masyarakat. Gue setuju dengan konsep ini (Tri Dharma Perguruan Tinggi), mengingat mahasiswa merupakan bagian dari masyarakat, maka sudah menjadi keharusan bagi mahasiswa kembali ke masyarakat guna melihat, mempelajari, (dan bila memungkinkan) mengatasi permasalahan sosial yang ada di masyarakat, demi memajukan kehidupan masyarakat itu sendiri.

*Tri Dharma Perguruan Tinggi terdiri atas 3 unsur: penelitian, pendidikan dan pengabdian.

18 orang: 9 cowo 9 cewe dari 5 fakultas yang berbeda namun punya satu tujuan yang sama: KKNM di Desa Hariang. Desa Hariang adalah desa yang terletak di Kecamatan Buah Dua, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Takdir yang mempertemukan kami via pengumuman kelompok KKNM, hasil klik-mengklik asal di situs KKNM. Artinya orang-orang baru di desa yang gue gak tahu, dalam satu atap yang sama selama sebulan: gue harap menyenangkan, pikirku saat itu.

Refa, Satrio, Ado, Yoli, Gue
FISIP
(Alm) Rei, Ai, Mitha, Adyt
SASTRA
Di suatu pagi yang cerah, sekitar pukul 06.00, kami sekelompok berkumpul di kampus. Canggung sekali bila diingat-ingat, gue tersenyum-senyum saat menulis ini. Di kala kelompok lain sangat cair di pertemuan perdananya, beda cerita di kelompok kami: dingin, dingin sekali, sedingin udara pagi saat itu. Tampaknya masing-masing orang punya strategi yang sama menunjukkan first impression terbaik, yaitu dengan tidak banyak bicara dan menjaga kestabilan kelakuan. HAHA, satu jam perjalanan yang hening menuju Hariang.

Siti, Vivi, Taka, Dina
HUKUM
Rendy (KORDES), Wimbo, Gugi
EKONOMI
Oke, singkat cerita kami sampai. Salah seorang kepala dusun sudah menunggu kedatangan kami. Namanya Pak Wahyudin alias Eping. Ya, sebelumnya *kordes kami, bung Rendy, bersama beberapa kawan yang lain sempat mengunjungi desa ini untuk mencari rumah yang akan kami tempati. Entah bagaimana ceritanya mereka bertemu Bung Eping, yang jelas, Bung Eping serta istrinya resmi jadi partner kami hidup di desa itu. Mereka yang menyuplai makanan tiap harinya, memperkenalkan kami ke warga desa dan lain sebagainya. Selain Pak Eping dan istrinya, ada pula Pak Diding. Siapakah Pak Diding? Dia adalah dosen pembina kami, yang bertugas mendampingi serta memonitor kegiatan kami selama sebulan. 
*Kordes=Koordinator Desa

Fara, Ami
FARMASI


Masuk rumah untuk pertama kalinya, kekakuan masih berlanjut. Pria dengan pria, wanita dengan wanita. Namun kali ini tidak separah di bis, sesekali tegur sapa mulai terlihat. Mungkin karena sudah serumah. Oke, Esok hari pertama, antara biasa saja tapi juga penasaran.

Hari pertama: keliling desa. 
Sudah menjadi barang tentu untuk kita, orang baru di lingkungan baru, berinisiatif menjalin silaturahim dengan warga setempat. Tapi yang pertama adalah aparatur desa (pihak yang kami butuhkan datanya seputar desa).

Desa Hariang terbagi atas 4 dusun berbeda sehingga luas jangkauan desa lumayan besar. Cuaca adem, sesekali juga panas. Sunda halus menjadi bahasa ibu di desa ini. Lahan tani/ternak yang luas mengindikasikan profesi tani/ternak menjawarai mata pencaharian penduduk setempat. Perihal pembangunan, gue melihat pembangunan itu nyata adanya (rumah bertembok, jalan beraspal), tapi di beberapa sudut lain tidak demikian. Mungkin desa ini sedang dalam proses pembangunan.


Kunjungan ke Balai Desa-Pom Bensin Milik Warga-Pembukaan Lahan Tani


Suatu kali ada kejadian menarik. Saat itu desa sedang musim rambutan. Tiba-tiba salah seorang warga memanggil salah seorang dari kami, lalu menghadiahi kami sekresek besar rambutan segar yang ia petik sendiri dari pekarangan rumahnya. Dengan hati yang semruingah dibalut kemalu-maluan, kami pun menerimanya. Ternyata warga menyambut baik kehadiran kami! Begitu pula anak-anak. Kedatangan kami menarik perhatian mereka. Sesekali anak-anak itu meneriakkan "KKN.. KKN.." ketika melihat kami menyusuri desa. Bukan hanya itu, mereka juga sengaja mondar-mandir di halaman rumah sambil mencuri pandang melalui sela-sela pagar yang menemboki rumah kami.

Yah, demikian hari pertama untuk agenda silaturahim. Cukup meletihkan! Wilayah yang kami kelilingi lumayan luas. Tapi tak apa, ini masih awal, pengetahuan seputar desa masih minim, namun plan detail terkait kegiatan ke depan sudah dipersiapkan.


 PEMETAAN SOSIAL 


Door to Door
Bagian utama yang mesti dilakukan dalam kegiatan KKNM ialah membuat laporan seputar desa (hal wajib yang juga dilakukan kelompok KKNM lain). Laporan yang dimaksud berisikan: banyaknya jumlah penduduk, luas wilayah desa, mata pencaharian warga serta potensi yang ada di desa. Data semacam ini biasanya tersedia di kantor desa, sehingga kami mengira akan mudah menyelesaikannya, namun nyatanya tidak, ada masalah: hampir semua data tersebut tidak tersedia. Kalaupun ada, itu data dua tahun silam (2010). 





Anak-anak Mengikutiku, Penasaran Apa Yang Kulakukan

Informasi perkembangan desa tidak terdokumentasi dengan baik, artinya suka tidak suka, data mesti dicari secara manual. Secara manual maksudnya gimana? Door to door ke seluruh penjuru desa. PR besar buat kami. Sudah terbayang kegiatan di lapangan akan seperti petugas BPS mensurvey penduduk. Dan memang itu yang kami lakukan ke ratusan pintu di Hariang, di empat dusun berbeda, selama beberapa hari. 

Tak hanya letih dan capai, tapi ada pula manfaat yang kami terima. Kegiatan pemetaan semacam ini selain semakin mendekatkan kami dengan masyarakat, juga membangun pemahaman akan banyak hal, terkhusus tentang desa. Di sela-sela pertanyaan wajib yang membosankan seperti "Apa mata pencaharian?" Dan "Berapa jumlah anggota keluarga?", kami juga mencoba menggali keluh kesah warga selama proses hidup di desa.



Forum Pemetaan Sosial
Dan hasilnya? Seperti yang diduga, beberapa persoalan seputar kemiskinan, kesehatan, dan pendidikan kami temui di sana-sini. Tapi gue tidak akan menjabarkan secara rinci apa-apa saja masalahnya, rasanya tidak enak hati menuliskannya, namun apresiasi warga akan pembangunan desa juga ada, walau hanya beberapa. Semua laporan/temuan lapangan tsb kami sampaikan ke seluruh perangkat desa dalam suatu undangan forum formal. Temuan masalah yang dibarengi analisis rekomendasi yang kami hasilkan diharapkan dapat dijadikan pertimbangan saat MUSRENBANG nanti. Musrenbang adalah Musyawarah Perencanaan Pembangunan, suatu forum rutin yang diadakan perangkat desa bersama warganya membahas arah pembangunan desa ke depan.

Jujur, forum kami sedikit "panas", tapi ending-nya berhasil ditutup dengan makan tumpeng dan pemberian plakat. Namun terlepas dari itu semua, disadari atau tidak, manfaat blusukan yang kami lakukan sungguh melatih sikap empati kami akan persoalan sesama, sehingga mendorong kami berkontribusi mengatasi masalah walaupun hanya berupa buah pemikiran dan sekalipun harus menghadapi perangkat desa yang tak mungkin tinggal diam. Tapi bagiku, b
egitulah semestinya mahasiswa: kritis tapi juga solutif.


 MENGAJAR DI SEKOLAH DASAR 


Mendapat kesempatan mengajar adik-adik di Hariang adalah pengalaman yang tak terlupakan. Kami diperbolehkan mengajar di dua SD, SDN Hariang dan SDN Tonjong. 

SDN Hariang
Di SDN Hariang kami lumayan kerepotan, sebab banyak kelas yang perlu diajar. Peserta didiknya pun sangat banyak dan begitu aktif. Mereka begitu semangat untuk diajar. Dan bila dilihat dari segi fasilitas sekolah, SD ini sangat mumpuni. 











SDN Tonjong
Tetapi keadaan sebaliknya terlihat di SDN Tonjong. Bagi gue, sekolah ini tidak layak disebut sekolah. Mengapa? Sebab bangunan sekolah begitu tua, begitu rusak. Bahkan di satu bagian sekolah ada bangunan yang sudah ambruk terbengkalai. Dengan keadaan yang demikian, siswa-siswi yang seharusnya dibedakan kelasnya sesuai jenjang pendidikan, malah disatukan. Ya, kelas 2, kelas 3, bahkan yang lebih senior diajar dalam satu kelas yang sama. Belum lagi bila hujan, air akan tergenang di dalam kelas.

Namun, fasilitas yang buruk dengan jumlah siswa yang seadanya tidak menyurutkan niat mereka untuk belajar. Keceriaan masih ada di wajah mereka tak kala kami mengajak mereka bermain bola di halaman sekolah yang becek.




Melalui KKNM ini kami diperhadapkan pada suatu fakta pendidikan yang begitu timpang, sekalipun jarak antar sekolah tidak lebih dari 1 Km dan masih dalam satu desa yang sama. Fenomena ini menjadi bahan diskusi dan catatan kami.


 MENGAJAR DI PAUD (PENDIDIKAN ANAK USIA DINI) 


Mengajar anak usia dini? Jelas lebih ribet. Harus penuh kesabaran dan kesabaran. *Angkat topi buat guru-guru PAUD*
Kami dan adik-adik terlibat bersama dalam mewarnai, membaca,  bernyanyi, dan bermain. Gue sempat malu ketika harus bermain kucing dan tikus di hadapan ibu-ibu, mengingat rambutku yang begitu gondrong dan menyeramkan, tapi ternyata adik-adik tidak begitu takut seperti yang kuperkirakan. Kami begitu kompak, hehehe





 BERKEBUN 

Bermodalkan mobil pick-up milik warga kami berangkat menuju kebun milik Bung Eping. Hari itu kegiatannya berkebun. Kebun milik Bung Eping lumayan luas. Kami membantu memupuki pohon-pohonnya yang mulai besar. Di saat yang lain sibuk berkebun, yang lain sibuk memasak. Ya, ceritanya kami mau liwetan pasca berkebun. Sudah letih dan lapar, makanan langsung disikat!





 BATAS DUSUN 

Desa ini memiliki 4 dusun berbeda: Tonjong, Tipar, Curug, dan Hariang. Hasil diskusi teman-teman bersama Bung Eping perihal program lain yang cocok dilaksanakan di sini ialah pembuatan batas dusun. Aspek kebermanfaatan dapet, lumayan pula mempercantik desa. Bermodalkan sedikit semen dan pasir serta peralatan yang seadanya, kami berhasil membuat batas dusun. Setidaknya ketika suatu saat harus kembali ke desa untuk agenda sillaturahim, boleh kami berbangga hati melihat buah karya yang lalu untuk dikenang kembali :))




 APA YANG KAMI LAKUKAN DI KALA SENGGANG ? 



Makan Malam di Rumah


Di sini kami makan 3x sehari (kalo di kosan paling banyak dua kali). Bagi gue sesi makan adalah yang paling seru. Entah mengapa di KKNM ini gue jadi rajin makan. Bu Eping pinter sekali memasak, sampe-sampe saat menuliskan ini gue keinget sayur asin, tempe, dan ayam goreng racikannya! *gulp*

Pembahasan saat jam makan bermacam-macam, dari evaluasi kegiatan sampai hal-hal gak penting tapi kocak :D







Berebut Tempat Tidur
Main PES dan Nonton Film
Membuka Les untuk Anak-anak



   
Ngopi di Warkop
Selfie
Maen UNO

Beberes Rumah

Nongkrong di Ruang Tamu

Melinting Bakau


Jalan-jalan

Surprise


Dan Tadaaaa!!


TIGA PULUH HARI yang mengesankan. Banyak pengalaman dan pembelajaran mengenai desa, orang dan lingkungan. Rutinitas mengajar dan diajar terus berjalan seiring waktu. Namun, masih banyak lagi cerita lain yang tidak dituliskan di judul ini, termasuk perayaan ulang tahun bung fara serta catatan-catatan pribadi bung-bung lainnya (bung adalah bentuk salam sapa di antara kami). Info lengkapnya bisa diakses di http://blogs.unpad.ac.id/hariangs18/

Tulisan ini kubuat Oktober 2014, berarti sudah DUA TAHUN yang lalu. Akan tiga tahun per januari 2015, maka apa kabar kami hari ini? :) 






Kini, masing-masing mulai sibuk dengan pekerjaan dan studynya, moga kami masih diberi waktu bertemu di lain kesempatan. Sekarang ku lanjutkan menulis skripsi. 
Salam hangat untuk kawan kami (Alm) Rei, semoga kau suka tulisan ini.

MANTAP.


No comments:

Post a Comment